oleh: Sujali, S.S
(Pengawas Yayasan Suara Hati)

وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَأَجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَاماً

(الفرقان : ٧٤)

Artinya: “Dan orang orang yang berkata: “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. AI-Furqon: 74)

Dalam ayat tersebut disuratkan bahwa ada yang berdoa kepada Allah perihal karunia istri, anak dan cucu. Mereka tidak ingin agar memperoleh keturunan yang tampan, maupun yang cantik, melainkan mereka hanyalah menginginkan keturunan yang taat semata.

Bagi orang-orang yang berdoa kepada Allah agar diberikan kepada mereka keturunan atau generasi yang taat kepada Allah dan tidak mempersekutukan-Nya, bermakna bahwa mereka ingin memperoleh keturunan yang selalu mengerjakan ketaatan kepada Allah sehingga hati mereka menjadi sejuk (senang dan tenang) melihat keturunannya dalam keadaan demikian, baik di dunia maupun di akhirat.

Kehadiran buah hati di dalam rumah tangga dapat diibaratkan laksana keberadaan cahaya di malam hari, yang merupakan hiasan bagi langit. Namun dengan itu, nikmat keberadaan anak ini sekaligus juga merupakan ujian yang dapat menjerumuskan orang tua dalam kebinasaan. Allah Subhaanahu wa Ta’aala telah mengingat- kan hal ini dalam firmanNya,

يا أنها الذِينَ آمَنُوا إِنَّ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ وَأَوْلادِكُمْ عَدُوّاً لَكُمْ فَاحْذَرُوهُمْ

“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka…” (QS. At-Taghabun: 14)

 

Oleh karena itu, sebagai yang bertanggungjawab dan pemegang amanah dari Allah berupa dzurriyyah. Maka orang tua harus mampu dan sanggup menjadikan generasinya menjadi generasi yang baik sebagai penyejuk hati, sebagai berikut:

 1. Cara tarbiyah anak yang benar

Cara atau metode yang benar tentunya dari ajaran Rasulullah, yaitu:

a. Metode dialog Qurani dan Nabawi

Pembicaraan antara dua orang atau lebih melalui tanya jawab yang di dalamnya ada inti pembicaraan. Yaitu menciptakan dialog yang berperan sebagai jembatan yang meng- hubungkan pemikiran antara orang tua dan anak

b. Kisah Alquran dan Nabawi Mendidik anak melalui media cerita

tentang kisah-kisah teladan yang ada di dalam Alquran maupun pada masa Islam generasi pertama. Dalam Alquran, Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman: “Kami menceritakan kepada- mu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al-Qur’an ini kepadamu.” (QS. Yusuf [12]3)

c. Keteladanan

Memberikan suri tauladan adalah salah satu cara yang paling efektif dalam mendidik anak Tanpa keteladanan, orangtua akan sulit mendapatkan ketaatan mutlak dari anaknya. Rasul dan tokoh baik lain yang terdapat dalam Alquran adalah suri tauladan dalam setiap detik kehidupan. Rasulullah shallaallaahu ‘alayhi wasallam kerap mengajar dengan memberi contoh atau teladan

d. Praktik dan perbuatan

Sebuah metode pendidikan dengan cara mengajari anak lang- sung tanpa memberikan teori yang bertele-tele. Metode ini bisa dipakai dalam mengajarkan adab kegiatan keseharian, misalkan cara makan dan minum. Dalam sebuah riwa- yat dikisahkan: “Dari Ibnu ‘Abbas r.a., sesungguhnya Rasulullah Saw. bersabda: ‘Akrabillah anak-anak kamu dan didiklah mereka dengan adab yang baik,” (HR. Tabrani)

2. Pembinaan fisik dan psikis

Cinta yang hakiki dan sejati kepada anak tidak hanya diwujudkan dengan mencukupi kebutuhan duniawi dan fasilitas hidup mereka. Akan tetapi yang lebih penting dari semua itu adalah pemenuhan kebutuhan ruh dan psikis mereka terhadap pengajaran dan bimbingan Ilahi yang bersumber dari petunjuk Alquran dan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Inilah bukti cinta dan kasih sayang yang sebenarnya, karena diwujudkan dengan sesuatu yang bermanfaat dan kekal di dunia dan di akhirat nanti.

Allah Subhanahu wa Ta’ala memuji Nabi-Nya Yaqub ‘alaihissalam yang sangat mengutamakan pembinaan iman bagi anak- anaknya, sehingga pada saat-saat terakhir dari hidup beliau, nasehat inilah yang beliau tekankan kepada mereka Allah berfirman, “Adakah kamu hadir ketika Ya’qub kedatangan (tanda-tanda) kematian, ketika dia berkata kepada anak-anaknya, ‘Apa yang kamu sem bah sepeninggalku? Mereka menjawab, ‘Kami akan menyembah Rabb-mu dan Rabb nenek moyangmu, Ibrahim, Isma’il, dan Ishaq, (yaitu) Rabb Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk kepada-Nya.” (Qs. al-Baqarah: 133)

3. Pendidikan anak sejak dini

Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala pada hari kiamat akan meminta pertang- gungjawaban orang tua tentang anaknya sebelum meminta pertanggungjawaban dari anak tentang orang tuanya. Karena sebagai- mana orang tua mempunyai hak yang harus dipenuhi anaknya, demikian pula anak mempunyai hak yang harus dipenuhi orang tuanya. Maka sebagaimana Allah berfirman, “Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada kedua orang tuanya.” (QS. Al-‘Ankabuut: 8),

Demikian juga Allah berfirman,

“Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.” (QS. at-Tahriim: 6)

Indikasi anak menjadi penyejuk dan penyenang hati orang tua adalah:

1. Anak anak yang solih solihah

2. Anak yang taat beribadah

3. Anak yang mencintai Allah dan RasulNya

 

WaAllaahu a’lam bishshowaab